PENDIDIKAN
KELUARGA
Kini aku telah menjadi dewasa, bahkan telah menjadi orang tua. Tetapi
perjuangan orang tuaku dulu dalam mendidik aku sampai dewasa dengan penuh cinta
dan kasih sayang dapat aku tiru, aku
guakan sebagai suri tauladanku dalam mendidik anak-anakku sampai mereka dewasa
nanti. Tentu saja pengajaran yang aku
berikan tidak sama persis seperti yang diajarkan orang tuaku dulu. Kesemunya
harus disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan anak. Zaman sekarang adalah
zaman kemajuan teknologi.
Segala sesuatu dihubungkan dengan teknologi yang super canggih, misalnya perkembangan teknologi informasi dan peralatan
teknologi. Kehidupan tidak hanya diperoleh di dunia nyata
saja tetapi juga di dunia maya dengan menggunakan internet dan dapat bersosialisasi
dan berteman dengan orang yang sangat jauh jaraknya dengan sangat cepat.
Aku yang dulu diajarkan orang tua dengan
penuh kesederhanaan. Dengan orang tuaku yang seorang brigadir polisi bergaji kecil dengan
tanggungan seorang istri dan tiga orang anak. Hal itu tak masalah karena zaman
dulu, memang segala kerja masih menggunakan kekuatan otot manusia dan nilai nominal uang tidaklah terlalu tinggi, ditambah
harga barang-barang kebutuhan (pangan, sandang dan papan) tidaklah terlalu wah seperti sekarang ini. Ilmu
pengetahuan bisa didapat dari membaca buku, mendengarkan radio maupun menonton
satu channel televisi, TVRI yang dipunyai oleh Indonesia waktu
itu. Harga barang-barang juga murah. Bepergian seringnya menggunakan fasilitas
umum. Bahkan tuntutan hidup dan persaingan tidaklah sekeras sekarang ini. Karena hal ini kita semua merasakan bumi kita tidak
terlalu panas karena manusia yang menempati di atasnya tidak serakah dengan
merusak bumi.
Sekarang tibalah aku menjadi orang tua.
Setelah melahirkan kedua anakku, aku percaya dan berupaya mengemban amanah yang
telah dipercayakan Allah Swt kepadaku untuk
menggambar, mewarnai kehidupan anakku dengan hal-hal baik serta menuntun mereka menjadi dan berusaha lebih baik
dari pada orang tuanya. Tentu saja aku mendapat bantuan dan
dukungan penuh dari suamiku. Tidak hanya dukungan moril tetapi juga materiil.
Tentu saja. Tanpa kerja sama
yang baik antara aku dan suamiku kebahagian melihat keberhasilan membesarkan,
mendidik dan menuntun anak akan mengalami ketimpangan. Aku yakin semua orang
tua di muka bumi ini percaya akan hal itu.
Membesarkan
anak,
aku rasa tidak terlalu sulit. Dengan pemberian kasih
sayang, cinta dan makanan yang bergizi maka bayi kita akan cepat menjadi besar.
Menjadi seorang anak. Terlebih kita ketahui di perkotaan (kota kita) rasa aman,
dan kebahagiaan dengan banyak ragam fasilitas ( seperti kendaraan, gajet, uang
saku, dan kemewahan
yang lain) juga dapat diberikan oleh banyak orang tua. Walaupun di beberapa tempat ada anak yang tidak dapat menikmati
hal itu semua. Tentu hal itu akan memunculkan empati pada kita semua bagaimana
cara menolong mereka sehingga paling tidak mereka juga bisa merasakan hal yang
sama dengan kita.
Bagaimana
dengan pendidikan? Apakah mereka semua juga bisa memberikan pendidikan yang
paling tinggi? Memang ada beberapa keluarga bisa memberikan hal itu, sampai
Sarjana Strata 1 bahkan Strata 2 ataupun Strata 3. Tapi beberapa anak yang lain
tidak beruntung. Karena kondisi ekonomi orang tuanya yang tidak mampu mereka
tidak dapat memperoleh pendidikan seperti apa yang diwajibkan oleh pemerintah dalam program “wajib belajar 12 tahun”. Banyak kita temui anak putus
sekolah karena orang tua tidak mampu. Yang lebih menyayat lagi adalah adapun pemerintah telah meluncurkan program beasiswa untuk anak-anak kurang mampu tetapi mereka tidak bisa
menikmati hal itu. Belum lagi karena pengaruh dari luar, kurang pemahaman dan
tanggung jawab
dan kemalasan mereka memilih tidak melanjutkan pendidikan. Sangat disayangkan
memang. Aku rasa memang harus ada kolaborasi antara orang tua, lingkungan
sekitar dan sekolah serta pemerintah dalam mensukseskan program pemerintah ini.
Sedang anakku sendiri, Alhamdulilah, mereka akan segera menyelesaikan wajib belajar 12 tahun.
Masalah yang
terakhir muncul adalah cara mendapatkan pekerjaan. Dengan jumlah lapangan kerja
yang tidak terlalu banyak mereka harus berusaha keras untuk bisa
mendapatkannya. Tentu saja itu semua tidak terlepas dari kualifikasi yang
dimiliki oleh setiap anak. Tidak hanya kepandaian, namun juga ketrampilan dan
tingkah laku yang baik serta kepandaian bersosialisasi yang harus mereka punya.
Kepandaian dan ketrampilan dapat dipelajari disekolah, tetapi tingkah laku dan
kepandaian bersosialisasi anak akan meniru orang tuanya.
Jadi jelaslah
sudah bahwa
kepandaian dan ketrampilan tidak dapat dipelajari secara otodidak, tetapi
memerlukan proses yang kelak di kemudian hari akan menimbulkan kebiasaan.
Dengan tidak terpengaruh lingkungan yang buruk maka kebiasaan yang dibawa dan telah dipelajari mulai kecil dapat dipertahankan
dan dapat mendukung kepandaian bersosialisasi ketika mereka dewasa nanti. Tentu saja ditambah banyak berdoa kepada Allah
SWT, memohon kelancaran dan keridhoan-Nya agar selalu memberikan apa yang kita inginkan. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar